PERTAMA ATAU TERLEWATKAN
![]() |
Pertama atau Terlewatkan - sigerkita.com
|
Bila
saja setiap diri diantara kita begitu paham mengenai prinsip dan makna
“berlomba dalam kebaikan”, serta tahu persis apa yang Allah SWT janjikan untuk
hal itu, pastilah setiap diri tidak akan menunda atau bahkan menyiakan terlebih
sampai melemparkan pada yang lain. Setiap diri akan menjadi yang awal dan
terdepan menyambutnya, paling gercep
menerimanya, dengan rona senyum dan mata berbinar. Kiranya siapakah yang
seperti itu?
Mari
kita berselancar pada masa beribu-ribu tahun silam saat seorang tokoh yang amat
mulia lagi bijaksana hidup pada zaman itu. Rasulullah SAW, dari beliaulah Islam
nan agung dibawa sampai saat ini kita menikmati kilau cahayanya. Teringat
sebuah kisah, ketika Rasulullah SAW selesai menceritakan bahwa nanti terdapat
70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, kemudian Ukkasyah bin Mihsan
berdiri lalu berkata, “Berdo’alah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari
mereka.” Rasulullah SAW bersabda, “Engkau termasuk bagian dari mereka.”
Ternyata ada lagi yang berdiri dan ia berkata “Berdo’alah Allah agar aku
termasuk bagian dari mereka”, kemudian Rasulullah SAW bersabda “Ukkasyah telah
mendahuluimu”. (HR. Bukhari no 5752 dan Muslim no. 220).
Lihatlah,
betapa beruntungnya menjadi yang pertama menyambut kebaikan bahkan masih banyak
lagi kisah para sahabat karena yang terdepan menyambut kebaikan, seperti ketika
Rasulullash SAW mengabsen sahabat “siapa yang hari ini berpuasa?”, “siapa yang
hari ini sudah menjenguk orang sakit?”, “siapa yang hari ini sudah bershadaqah?”.
Ketika Umar menyampaikan alasan kenapa ia tak melakukan tu, ternyata Abu Bakar
as, melakukan semua hal itu. Rasulullah SAW pun bersabda “Bergembiralah engkau (wahai Abu Bakar) dengan surga”. Sedangkan
kepada Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Semoga
Allah menyayangi Umar, sebab segala kebaikan yang diinginkannya telah didahului
oleh Abu Bakar”. (HR. Thabrani)
Wahai
diri berpikirlah sejenak, kiranya apa yang membuat orang-orang shalih terdahulu
menyegerakan untuk sebuah amal. Ternyata, ada batas-batas yang tidak mampu dilampaui seseorang, sehingga amal itu perlu disegerakan. Pertama, amal kita itu punya masanya, jika itu terlewat, maka
berlalulah karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dikemudian hari. Berlalu
karena harus berganti keaktivitas setelahnya atau berlalu karena usia kita yang
membatasinya. Kemarin itu bukan milik kita lagi, esok belum tentu jadi milik
kita, yang kita punya saat ini. Sekarang! Maka segerakanlah. Kedua, amal kita tidak bisa dikerjakan
orang lain. Kita tidak bertanggung jawab terhadap amal atau apapun yang
dikerjakan orang lain begitupun sebaliknya. Allah berfirman “Pada hari ketika manusia lari dari sudaranya
dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkan”.(QS. Abasa: 34-37).
Bukankah
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Segeralah
beramal sebelum kedatangan tujuh hal, tidaklah kalian menunggu selain kefakiran
yang membuat lupa, kekayaan yang melampui batas, penyakit yang merusak, masa
tua yang menguruskan, kematian yang menyergap tiba-tiba, Dajjal, seburuk-buruk
hal gaib yang dinanti-nanti, kiamat dan kiamat itu sangat membawa petakadan
sangat pahit”. (Sunan Tirmidzi No. 2228).
Nyatanya,
ada banyak hal yang membatasi ruang kita untuk berahsanu amala, sebelum yang tujuh hal itu datang maka,
persiapkanlah. Contoh, jika punya rezeki, segeralah bersedekah, siapa yang
tahu, jika sudah dalam keadaan sempit, kita enggan untuk bersedekah karena
keadaan yang menghimpit. Iya tidak?. Sungguh luar biasa nikmat sehat, bekerja
jadi mudah, beribadah jadi nikmat. Bayangkan jika dalam keadaan sakit, ibadah
tak terasa nikmat lagi. Mau merasakan? Nabi Ayyub as, pernah berdo’a yang Allah
SWT abadikan dalam QS.Al-Anbiya: 83, “(Ya,
Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engkau adalah Rabb Yang
Maha Penyayang diantara semua penyayang”. Sungguh luar biasa nikmat sehat
itu. Ketika masih muda, optimalkan
kebaikan karena kalau waktu tua sudah tiba, banyak hal yang tidak bisa kita
lakukan, pekerjaan ringan mungkin akan terasa berat karena fungsi badan sudah
tidak optimal lagi.
Prinsipnya
“berlomba-lomba pada kebikan” itu adalah agar diri kita terhindar dari sifat
dan sikap berlomba-lomba terhadap dunia. Dengan mengoptimalkan “berlomba-lomba
dalam kebaikan”, mampu menyelamatkan diri dari kesia-siaan waktu, sehingga
tidak banyak waktu yang terbuang, bukankah waktu kosong bisa menjadi fitnah
bagi kita. Semoga diri ini adalah termasuk orang yang hobinya adalah “berlomba-lomba
dalam kebaikan”. Aamiin.
Belum ada Komentar untuk "PERTAMA ATAU TERLEWATKAN"
Posting Komentar