CERITANYA By ZAKIYA

Berharap iman
tetap menjulang
Tegak kokoh layaknya gunung yang menembus
awan
Adakah disana kudapati sebuah telaga
kemuliaan
Meraup nikmat hidayah, berlimpah karunia
Ialah sebuah perkumpulan dengan
orang-orang yang akan berjalan bergandengan tangan denganmu berharap bisa
bersama-sama menuju negeri akhirat yang kau idamkan tempatnya, segerombolan ini menyebut dirinya BAPINDA, Bidang
Pembinaan Dakwah nama panjangnya. BAPINDA UIN Raden Intan Lampung, Tahun 1996
silam ia dilahirkan dari rahim pemikiran orang hebat.
Aku dan BAPINDA mungkin lahir di tahun yang sama, tapi kurasa dia sudah jauh
lebih besar dariku. Tidak tahu sudah berapa orang hebat yang dia cetak dan
sudah berapa banyak kebaikan yang dia tebarkan.
Enam
tahun yang lalu, aku sungguh tidak begitu mengenalnya, lupa juga siapa yang
meperkenalkannya, rasanya pertemuan kitapun tidak disengaja. Seperti tertidur
selama enam tahun dan sekarang terbangun dengan rasa “selama ini aku di BAPINDA
UIN Raden Intan Lampung yaa...?”,
Wahh... berarti tidak berkesan ya...? No.
tentu tidak. Karena terlalu berkesan didalamnya, maka selama ini hanya
memikirkan proses didalamnya, tentang awal pertemuannya ahh entahlah siapa peduli, bukankah yang terpenting adalah
akhirnya.
Jujur
saja, dulu aku tidak benar-benar
tahu di BAPINDA aku harus melakukan apa, aku akan menjadi seperti apa dan aku
akan bertemu dengan orang-orang yang bagaimana. Bayangkan,
yang dulunya seorang siswi dari sekolah di pelosok Sumatera bagian selatan,
mencoba mencari keberuntungan di tanah orang. Menginjakkan kaki pertama kali di
UIN Raden Intan Lampung, sambil berpikir “Wah,
aku sudah mahasiswa sekarang”. Bisa dibilang aku adalah
tipe anak yang study oriented, masalah organisasi adalah urutan
kesekian, tapi nyatanya takdir Allah siapa yang tahu dan skenario-Nya sungguh
luar biasa.
Jika
ada pertanyaan “Apa dulu ikut-ikutan
masuk BAPINDA UIN Raden Intan Lampung?”, setelah merenung bisa jadi iya
juga bisa jadi tidak. Heyy tunggu-tunggu,
sudah kubilang akupun tidak begitu mengingat pertemuan kami. Aku hanya terlalu
asik proses perjalanan didalamnya, kumohon jangan paksa aku untuk mengingat
awalnya Okee, cukup ya?
Awalnya,
aku berpikir akan menjadi mahasiswa yang fokus kuliah, harus punya banyak
teman, dosen harus tahu nama aku, dapet beasiswa. Kalian tahu? Nyatanya aku
dapet itu semua saat aku memutuskan untuk begabung dengan UKM BAPINDA UIN RadenIntan Lampung. Berorganisasi bersama BAPINDA adalah salah satu jalan yang Allah
SWT kasih ke aku untuk bisa mendapatkan yang aku mau. Begini deh, bayangin kamu
mau punya banyak teman, sedangkan kamu hanya asyik dengan duniamu dan
kesenderianmu. Mana bisa, iya kan?. Terus kamu mau dapet beasiswa ataupun
info-info lainnya, sedangkan kamu hanya mengotak-atik pikiranmu sendiri,
kupikir itu akan nihil. Boleh kuberi saran?
mungkin kita perlu meluaskan ruang gerak dan membuka pikiran dan mata kita,
mana tahu disekitar kita ada bongkahan berlian. Temanmu itu bisa jadi bongkahan
berlian itu dan Alhamdulillah aku
pernah diterima menjadi penerima beberapa beasiswa dan itu jalannya dari
teman-teman di BAPINDA.
Beberapa
kali mendapat amanah dikepengurusan ataupun dikepanitiaan BAPINDA membuat aku
sedikit banyaknya mampu menyelami karakter BAPINDA itu sendiri ataupun orang-orang
didalamnya. Pernah suatu kali, saat wudhu bersama kakak tingkat akhawat di
BAPINDA, setelah wudhu aku melihat beliau sebelum keluar dari tempat beliau
memakai kaos kakinya kembali. Deg, aku
merasa, yeah ini tempatku. Mereka juga kalau dengan saudaranya tolong-menolongnya
itu lo kebangetan sekali. Pernah suatu kali, cerita seorang akhawat, mereka
selesai mengadakan rapat, dan saat itu langit sore menghitam pertanda kalau
hujan akan turun dan benar hujan turun, sepertinya hujan sedang rindu sekali
dengan si bumi, habisnya sampai malam itu hujan tidak ada pertanda akan
berhenti. Akhirnya sampai menjelang maghrib belum juga berhenti. Salah satu
teman akhawat yang rumahnya jauh dan kendaraan yang biasa di pakai adalah
angkot. Teman-teman lainnya memutuskan untuk mengantarnya karena khawatir di
perjalanan jika sendirian. Padahal mereka itu tidak ada yang punya motor,
akhirnya mereka memberanikan diri meminjam kesalah satu teman dan mengantarnya,
dikira hujan sudah mulai reda nyatanya tidak akhirnya mereka basah-basahan
pulang pergi. Ah sweet sekali kalian
^_^
Hei, aku juga punya pengalaman. Masak ya, aku itu berniat
mau kasih hadiah kesalah satu temen sebelum pergi selama beberapa bulan, eh
besoknya waktu ketemu dia, dia kasih aku habattusauda
+ sari kurma sambil bilang "maaf ya
za, aku cuma bisa kasih kamu ini", kataku dalam hati "heyy, kau sudah mendahului ku
kawan" rasanya tidak rela gitu ada yang mendahului niat kita dan
kejadian seperti ini sering sekali terjadi. Oh ya, setiap kali aku ke masjid Ushuluddin berhubung masjid fakultas itu
termasuk yang paling ramai dikunjungi, pasti akan aku temui anak-anak BAPINDA
disana. Entah ada yang lagi shalat, yang lagi tilawah atau yang lagi rapat.
Semisal ada yang bertanya "lihat si
fulanah engga?" coba cari di mudin (sebutan masjid ushuluddin) atau mustar (mushala
tarbiyah) dan itu sering sekali. Satu lagi yang paling aku suka, coba cek ditas
mereka InSyaa Allah mushaf akan ada
selalu ditas mereka.
Pada intinya, bagi BAPINDA terlalu sempit dan kecil
jika hidup hanya berkutat pada diri sendiri saja. Kalau kata anak sekarang kamu
kurang gaul, mainmu kurang jauh, ngopimu kurang pahit, ehh yang terakhir kata bapak deng. Hehe... Padahal hidup itu lebih dari hanya sekedar tentang dirimu,
mungkin tentang kebermanfaatanmu misalnya dan BAPINDA mengajarkan aku bagaimana
bisa menjadi sebaik-baik manusia. Ahh...
Terlalu banyak kisahnya, kalau kamu mau mari sini merapat akan aku ceritakan
hal seru dari BAPINDA.^_^
TENTANG
PENULIS
Hai,
aku Zakiya. Kalian cukup panggil aku dengan nama itu, tolong panggil aku sesuai
dengan pemenggalan katanya ya. Oke? akhawat asli jawa tapi lahir di pulau
sumatera bagian selatan kurang lebih 24 tahun yang lalu. Sejak 2014 yang lalu
memutuskan untuk belajar di UIN Raden Intan Lampung sebagai mahasiswa Psikologi
Islam, dan selama itu bersama BAPINDA mengabdikan diri menjadi pelayannya umat.
Setidaknya, nanti kalau ditanya Allah “Hey
Zakiya selama didunia ngapain aja kamu?”, ada jawaban elit gitu loh. Hehe
Udah
ah gitu aja ya, salam kenal semua, kalian saudaraku.
Jadi ceritanya.....
BalasHapusTulisan kamu bagus. ❤