MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI TAMANSISWA DAN KEBUDAYAAN LAMPUNG
MODERASI
BERAGAMA DALAM BINGKAI TAMANSISWA
DAN KEBUDAYAAN LAMPUNG
OLEH: DAMSI, S.Pd
“Moderasi itu ketika kita mampu memandang sebuah perbedaan menjadi warna warni dalam hidup, untuk menciptakan Pelangi dalam kehidupan yang lebih indah”
sigerkita.com Kehidupan yang sedang kita jalani saat ini merupakan anugerah dari Tuhan semesta Alam (Allah SWT) yang memberikan kesempatkan kepada kita sebagai hamba-Nya untuk mengarungi kehidupan di dunia ini. Pandanglah Kehidupan ini penuh dengan warna-warni kehidupan yang membuat suasana menjadi hidup dan menghidupkan, warna-warni hidup di kehidupan di dunia ini Allah ciptakan bukan untuk menonjolkan sebuah perbedaan demi perbedaan, melainkan untuk memberikan sentuhan-sentuhan agar kehidupan ini memiliki perpaduan dan keterpaduan dari sebuah warna-warni hidup yang terbingkai dalam perbedaan sehingga tercipta nuansa hidup yang lebih indah dan menciptakan keindahan.
Warna-warni dalam hidup ini jika pandang seperti pelangi yang hadir di langit setelah hujan turun membasahi bumi, maka warna-warni itu akan menampakkan suatu keindahan yang hakiki, yang kita tak ingin dan tak pernah berharap warna-warni dalam pelangi itu melebur menjadi satu warna yang sama yang pada akhirnya mengurangi keindahan pelangi itu sendiri. Begitupun kehidupan kita di muka bumi ini penuh dengan perbedaan-perbedaan satu sama lain, baik itu perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku, ras, budaya, adat istiadat bahkan perbedaan agama dan keyakinan yang selama ini kita pandang sebagai suatu perbedaan yang hadir di antara kita untuk saling melengkapi dan mengindahkan kehidupan yang kita jalani sebagai perpaduan warna-warni dari hidup. Tentu kita tidak pernah mengharapkan dan membayangkan jika di dunia ini hanya tercipta satu jenis kehidupan tanpa warna-warni yang hanya akan membuat kita merasa bosan dalam menjalani kehidupan. Oleh karena perbedaan-perbedaan itulah yang mampu mendinamiskan kehidupan untuk terus berjalan dengan saling menghargai perbedaan satu sama lain, untuk saling melengkapi dalam bingkai warna-warni hidup untuk menciptkan kehidupan yang lebih indah.
Perguruan Tamansiswa sebagai badan perjuangan kebudayaan, selalu memperjuangkan kelestarian dan pengembangan kebudyaan nasional. Kebudayaan nasioanl yang aslinya berupa sari-sari dan puncak-puncak kebudayaan daerah itu harus dilestarikan dan dikembangkan secara kontinyu, konvergen, dan konsentris melalui pendidikan dalam arti luas. Tamansiswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 03 Juli 1922. Ki Hajar Dewantara kini dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasioan Republik Indonesia, sebagai penghormatan kepada beliau dan jasanya dalam dunia pendidikan dan inisiatif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perguruan Tamansiswa berasaskan Pancasila[M1] [a2] , Berlandaskan perjuangan Asas Tamansiswa 1922, berciri khas Panca Dharma dan bersendikan hidup kekelurgaan (Ki Soenarno, Nyi Rais Rayan, Ki Sugiyo Pranoto, Pendidikan Ketamansiswaan (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 2005)
Perguruan Tamansiswa pun didirikan dari berbagai latar belakang perbedaan yang dirangkai menjadi satu tujuan sehingga terciptanya keindahan. Seperti menegaskan bahwa jika hidup ini selalu memandang sebuah perbedaan yang ada menjadi penghalang maka tak akan ada satupun sisi kehidupan yang mampu dipersatukan karena setiap sisi kehidupan pasti ada sebuah perbedaan. Justru dengan adanya perbedaan itulah menciptakan saling menyempurnakan satu sama lain.
Perguruan Tamansiswa Teluk Betung khususnya, memiliki kisah sejarah unik pada awal-awal berdirinya, dilatarbelakangi dengan berbagai macam perbedaan namun dengan satu tujuan sehingga meleburkan sebuah perbedaan dalam bingkai moderasi sehingga terciptanya tolerasi yang menghasilkan kreasi yang indah dalam kehidupan.
Kutipan sejarah lahirnya Perguruan Tamansiswa Teluk Betung, “Ada sebuah perjanjian yang unik antara Ki Ismaill yang berasal dari Aceh dan Ki Slamet yang berasal dari Jawa. Untuk mewujudkan rasa satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air, keduanya sepakat berjanji, bahwa Ki Ismaill akan menikah dengan gadis Jawa dan Ki Slamet akan menikah dengan gadis Sumatera. Ternyata Tuhan Yang Maha Kuasa merestui, terbukti Ki Slamet pada tahun 1938 menikah dengan Halijah binti M. Idris, gadis Lampung asli dan Ki Ismaill menikah dengan Sudarmi binti Raden Sarsono Atmodiharjo, gadis Jawa asli yang ayahnya berasal dari Purworejo Jawa Tengah tahun 1944” (Ki H. Wiyono – Penulis Sejarah Perguruan Tamansiswa Teluk Betung).
Perjanjian unik yang tumbuh dengan saling menghargai perbedaan yang ada untuk menciptakan satu kesatuan, perbedaan suku bangsa, adat istiadat yang ada jika dipandang dengan menghadirkan toleransi dan saling menghargai dapat dipersatukan untuk saling menyempurnakan, sehingga terwujudnya kehidupan yang berdampingan dengan perbedaan-perbedaan itu, sebagaimana semboyan bangsa kita “Bhinneka Tunggal Ika” Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Perguruan Tamansiswa Teluk Betung sejak pertama didirikan pada 01 Agustus 1934 hingga saat ini terdapat beberapa Bagian Pendidikan, yaitu berturut-turut: Taman Muda (SD) yang berdiri pada 01 Agustus 1934, Taman Dewasa (SMP) yang berdiri 01 September 1935, Taman Indria (TK) yang berdiri pada 01 Agustus 1959, Taman Madya (SMA) yang berdiri pada 17 Juli 1979, Taman Karya Madya Ekonomi (SMK) yang berdiri pada 17 Juli 1991, dan Taman Karya Madya Teknik (SMK Otomotif) yang berdiri pada 03 Juli 2002.
Perguruan Tamansiswa merupakan lembaga pendidikan yang berjiwa Nasionalis. Dengan banyak bagian, yang setiap bagian memiliki kebijakan dan struktur organisasi masing-masing yang dinaungi oleh kepala sekolah, guru-guru, dan karyawan serta memiliki peserta didik yang berbeda-beda baik dari tingkatan usia, perbedaan suku, budaya, adat istiadat, perbedaan agama dan keyakinan satu sama lain, yang harus mengedepankan nilai nilai toleransi, nilai-nilai saling menghargai dan menghormati perbedaan, sehingga tidak menjadikan suatu perbedaan sebagai penghalang melainkan menjadi wadah untuk saling memahami menghormati serta saling tolong menolong satu sama lain tanpa membeda-membedakan dan tanpa melihat perbedaan.
Perguruan Tamansiswa Teluk Betung selain di dalamnya ada siswa, guru, dan karyawanya memiliki perbedaan usia, suku dan agama, perguruan Tamansiswa juga terletak dan berdekatan dengan sekolah lain seperti Yayasan Madrasah Islam yang berbasis Islam dan ada juga sekolah swasta seperti Xaverius sekolah berbasis Agama Katolik. Sehingga perlu sekali ditanamkan nilai nilai toleransi, saling menghargai dan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan Perguruan Tamansiswa terutama pada diri peserta didik yang selalu saling bertemu satu sama lainya, berpapasan di dalam lingkungan sekolah atau bertemu rekan lainya yang berbeda sekolah dan berbeda usia, suku adat istiadat dan berbeda agama. Jika tidak tertanam nilai-nilai moderasi beragama di dalamnya dengan baik maka tidak akan terwujud saling menghargai, saling toleransi satu sama lainyaa.
Nilai-nilai moderasi beragama di dalam lingkungan Perguruan Tamansiswa sangatlah diterapkan, seperti nilai nilai toleransi, saling menghargai dengan menerapkan ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara dalam lingkungan Tamansiswa yang berasas Pancasila, berlandaskan perjuangan Asas Tamansiswa 1922, berciri khas Panca Dharma dan bersendikan hidup kekeluargaan, sehingga terciptalah kerukunan dan kesatuan dari perbedaan yang ada, melalui asas hidup kekeluargaan itu akan terwujud adanya:
1.
Silih asih: kasih sayang antarsesama
2.
Silih asuh: saling menghormati dan
menghargai adanya perbedaan
3.
Silih asah: saling tolong menolong dan
gotong royong dalam memecahkan masalah
4.
Saling menjaga persatuan dan kesatuan
5.
Sikap demokratis, keterbukaan (transparansi) dan penuh
tangung jawab (akuntabel)
Untuk terwujudnya nilai nilai asas hidup kekeluaragaan dan penerapan ajaran Ki Hajar dewantara di wujudkan dalam bentuk kegiatan nyata dilingkungan Perguruan Tamansiswa Tamansiswa antara lain : 1). Bakti Sosial Setiap Tanggal 26 April Peringatan Hari Bakti Tamansiswa. 2). Dialog Interaktif Bekerja sama dengan AIDA (Aliansi Damai Indonesia) 3). Kemah Bersama seluruh siswa & guru 4) Kegiataan Keagamaan Seperti Memperingati Hari Besar Nasional & Buka Bersama 5). Mading Online Gerakan Moderasi beragama melalui akun Instagram @gpm_smatamsis dan hastag #moderasiberagamasmatamsis 6). Muatan Materi Nilai Nilai Moderasi Beragama melalui Mata Pelajaran Agama Islam pada Kompetensi terkait 7). MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) SMAS Tamansiswa Teluk Betung.
Praktik baik bakti sosial setiap tanggan 26 April setiap Tahunnya Perguruan Tamansiswa memperingati sebagai Hari Bakti Tamansiswa, Hari Bakti Tamansiswa ini ditetapkan pada Hari wafatnya Ki. Hajar Dewantara. Kegiatan bakti sosial ini biasa dilaksanakan dalam bentuk kegiatan mengunjungi makam makam pahlawan tokoh pendiri Tamansiswa berubah doa dan tabur bunga sebagai penghargaan sebagai tokoh yang memiliki peran dalam dunia Pendidikan dan pendirian Tamansiswa, dilanjutkan dengan kirim doa secaea Bersama-sama dalam satu ruangan dan dilanjutkan dengan aksi bakti sosial membagikan bingkisan sembako kepada siswa, pamong & karyawan serta purnatugas & masyarakat umum di sekitar sekolah yang dihadirkan di lingkungan perguruan Tamansiswa kegiatan ini melibatkan seluruh stackholder yang ada dilingkungan sekolah, Kepala Sekolah, Guru & Karyawan serta siswa dalam kepanitiaan yang disusuna sedemikian rupa diberbagai bidang dan seksi yang telah ditentukan untuk menyukseskan acara tersebut, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kebersamaan dan menumbuhkan jiwa sosial dan saling berbagi antar sesama agar terciptanya silih asih silih asuh dan silih asas antar sesama dalam keluarga perguruan tanpa membedakan latar belakang suku, agama, jenis kelamin yang berbaur menjadi satu dengan tujuan aksi sosial untuk sesama.
Dalam kegiatan ini siswa Osis & perwakilan dari berbagi macam ekstrakuler yang didampingi oleh guru guru bahu membahu menjadi satu dimulai dari pengumpalan dana baik melakukan aksi galang dana di lingkungan sekolah dihadapan siswa dan melalui proposal proposal kegiatan yang di sebarkan pada mitra mitra sekolah sehingga dari dana tersebut diolah sedemikain rupa dibelikan barang barang sembako dan di packing menjadi paket sembako sesuai yang ditargetkan semua dilakukan secara Bersama sama untuk meningkatkan kebersamaan dan Kerjasama serta jiwa kepemimpinan dan tangungjawab siswa sehingga melalui kegiatan ini terbentuklah nilai nilai sosisal saling berbagi dan membantu tolong menolong antar sesama tanpa memikirkan latar belakang Agama, Suku, Ras dan budaya dari setiap stackholder yang terlibat didalamnya.
AIDA (Aliansi Indonesia Damai ) didirikan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai melalui peran korban dan mantan pelaku terorisme. Visi dari aida ini membangun Indonesia yang damai berdasarkan nilai saling menghormati, saling percaya dan persaudaraan. Salah satu program AIDA yang program melalui sekolah dengan Kampanye perdamaian, pelatihan tim perdamaian, pelatihan guru. Sejak tahun 2016 AIDA sudah secara resmi melakukan Kerjasama dengan SMAS Tamansiswa Teluk Betung dimulai dari pelatihan dan program melalui guru guru untuk menanamkan nilai nilai perdamaian dan memahami maksud dan tujuan AIDA untuk pencegahan terjadi terorisme dan radikalisme di lingkungan sekolah baik dari guru karyawan maupun dari siswa. Setelah melalui guru guru AIDA meningkatkan Kerjasama dengan Perguruan Tamansiswa melalui program dialog interaktif dengan memberikan pemahaman tentang bahayanya radikalisme dan terorisme serta pintu pintu masuknya keekstreaman di kalangan pelajar dengan menghadirkan pemateri dari BNPT serta dari korban dan mantan terorisme untuk memberikan edukasi terkait dampak yang dirasakan korban serta memberikan pengajaran dan pembelajaran melalui pengalaman para mantan terorisme dimulai dari menyampaikan hal hal awal yang membawa sampai kepada keekstreaman sampai pada proses pencucian otak untuk mulai melakukan hal hal yang dikemas dengan nilai nilai keagamaan dan perjuangan yang disalahkan artikan sehingga dengan perpaduan materi dari BNPT, Korban dan Mantan Terorisme yang dihadirkan oleh tim AIDA di hadapan anak anak kami, anak anak kami memiliki pemahaman tentang bahayanya radikalisme dan terorisme serta hal hal yang harus di jauhi dan diwaspadai dari kelompok-kelompok ekstrem tersebut dan dengan cerita inspirasi dari korban terorisme dan radikalisme menumbuhkan rasa sayang dan prihatin terhadap korban sehingga tumbuh rasa tidak ingin melakukan hal kejam tersebut karena memahami efek yang dirasakan oleh korban harus kehilangan anggota keluarga yang dicintai, mengalami trauma dan sulitnya bangkit dari kejadian tersebut membuat anak-anak banyak menitikan air mata dan memberikan semangat kepada seorang ibu yang menjadi korban ledakan bom terorisme di bali, dengan pemahaman melalui dialog interaktif dan eksplor kaingintahuan siswa kami dapat memperolah ilmu pengetahuan dari sumber yang terpercaya dan mampu mengarahkan anak anak kami untuk terhindar dari Tindakan radikalisme dan terorisme.
Tim AIDA
banyak sekali meluncurkan program program dimulai dari program pemberdayaan dan
pendampingan mental support advokasi hak korban dan bantuan Pendidikan dan
beasiswa prestasi serta peringatan aksi terorisme, program sekolah, program
komunikasi pelatigan tokoh agamam pelatihan
jurnalis, newsletter “suara perdamaian” pembuatan flim pendek, Program Lapas
untuk melihat dan mengetahui lebih lanjut tentang AIDA dan melakuka Kerjasama untuk
terkait pembekalan ilmu untuk siswa agar terhindar dari terorisme dan
radikalisme dapat diakses melalui aida.or.id.
Pada Era Teknologi
Informasi & Komunikasi ini dimana semua Informasi dikemas dalam bentuk
digital dan bisa dinikmati, diketahui dan disebarluaskan pada detik itu juga Ketika
pelaksanaan disebabkan oleh begitu modern nya kehidupan di jaman sekarang ini.
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kami SMAS Tamansiswa
Teluk Betung untuk menyamai nilai nilai Moderasi dari berbagi macam kegiatan melalui
aksi nyata bakti sosial, dialog interaktif berkerjasama dengan AIDA, melalui
kegiatan keagamaan dan ekstrakurikuler, kemah bersama, menanamkan nilai nilai
moderasi melalui materi keagamaan di MPLS (Masa Pengenalan Lingkunagan Sekolah)
dan muatan Pelajaran pada kompetensi dasar pelajaran Pendidikan Agama Islam
& Budi Pekerti Luhur. Gerakan moderasi beragama di SMAS Tamansiswa Teluk
Betung mencoba bergerak dalam bidang madding online untuk menyebarkan pesan
pesan perdamaian dan pesan pesan nilai nilai moderasi beragama melalui sosial
media Instagram, sehingga anak-anak membuat konten berupa poster dan video
dengan mengandalkan daya kreatifitas dan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi yang sudah menjadi pegangan dan menjadi kebiasaan baru di abad saat
ini, sehingga kami menginsiasi untuk menjadi influencer dengan mewarnai sosial
media dengan konten konten positif dengan nilai nilai moderasi beragama
sehingga konsumsi disosial media memuat nilai nilai positif menyemai moderasi
beragama melalui madang online yang lebih digandrungi oleh para pemuda dan
pelajara saat ini. dengan tujuan menjadi bagian dari menebarkan nilai nilai kebaikan
dan nilai nilai positif di sosial media serta membumikan moderasi beragama kami
bersama sama membangun dan memberikan konten positif pada madding online kami
di akun instgaram @gpm_smatamsis melalui hastag tagar #moderasibergamasmatamsis
sehinga karya karya kami dapat dinikmati bersama sama dan terdokumentasi serta
memberikan masukan dan nilai nilai positif di sosial media. Melalui Gerakan ini
juga kami tim GPM Provinsi Lampung memulai Menyamai nilai nilai moderasi beragama
di provinsi lampung dengan mengadakan roadshow ke kabupaten dan kota di provinsi
lampung untuk menyampaian gerak moderasi beragama dilingkungan sekolah dan
menyamai nilai nilai moderasi beragama melalui dengan hastag tagar #moderasiberagamalampung
Perguruan Tamansiswa Teluk Betung yang terletak di jalan WR Supratman, 74
Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung juga harus menjunjung
tinggi adat dan kebudayaan suku Lampung yang di dalamnya terdapat Pi’il
Pesenggiri yang menurut penulis merupakan harga tertinggi dari sebuah nilai-nilai
moderasi yang tertanam dalam bingkai adat istiadat yang kokoh dan terus menerus
dipertahankan dan lestarikan.
Pi'il
Pesenggiri (Pasunggiri,
Pusanggiri) merupakan pandangan hidup dari masyarakat Suku Lampung. Kata Pi’il mengandung
pengertian pendirian atau prinsip yang dipertahankan. Pi’il
pesenggiri yaitu tatanan moral yang merupakan pedoman hidup dalam berperilaku
bagi masyarakat suku Lampung. Piil pesenggiri merupakan identitas masyarakat suku
Lampung yang menjadi landasan hidup dari aktivitas kebudayaan masyarakat Lampung
yang masih berlangsung hingga saat ini. Nilai-nilai pi’il pesenggiri tersebut
termaktub dalam kitab lama peninggalan para leluhur meliputi Kitab Kuntara Raja
Niti dan Kitab Buku Handak yang berisikan tentang aturan, norma, serta anjuran
dan sanksi yang menjadi landasan kehidupan masyarakat suku Lampung. Piil
pesenggiri mengandung empat unsur nilai yaitu bejuluk beadek (julukan
dan gelar), nemui nyimah (bertamu), nengah nyappur (berbaur) dan sakai
sambayan (tolong menolong). (Firda Shafira “Trasmisi Nilai Piil Pesinggiri”
Pulikasi Ilmiah Program Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2019).
1.
Juluk-Adok, mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat
orang lain terhormat, tetapi juga menunjukkan diri yang bermartabat.
Tanpa memandang perbedaan,
tanpa memang fisik dan memandang rendah derajat seseorang dan menghargai sesama
manusia dengan memanggil dengan panggilan yang disenangi dan menghormati dengan
panggilan yang terbaik merupakan penerapan dari nilai-nilai moderasi, nilai toleransi,
nilai memberikan hak terhadap orang lain yakni hak dipanggil dengan panggilan
yang ia senangi serta nilai ramah budaya (I’tibar al-urf) tercakup dalam
9 nilai moderasi.
2.
Nemuy-Nyimah, mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang
ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling
menghormati.
Senang berkunjung dan
dikunjungi merupakan salah satu nilai moderasi yang dilakukan oleh masyarakat Lampung,
karena kesediaan untuk bertemu dan menerima orang lain tanpa melihat perbedaan yang
ada. Salam lingkungan masyarakat orang Lampung suka saling berkunjung dan
dikunjungi satu sama lain menunjukkan saling menghormati sesama, saling menyayangi
antarsesama dan saling menunjukkan keperdulian satu sama lain.
3.
Nengah-Nyappur, mengandung ajaran: Selalu bergaul di tengah masyarakat. Memperluas hubungan
persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
Nengah-Nyappur menunjukkan
masyarakat Lampung yang suka bergaul antarsesama, memiliki rasa persahabatan
dan pergaulan yang dalam pergaulan itu tidak lagi memandang agama dan budaya
dan latar belakang sehingga terjadi hubungan kekerabatan dan kekeluargaan.
4.
Sakay-Sambayan, mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong dalam
hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat
diselesaikan pula secara bersama-sama.
Senang tolong menolong dan bergotong royong menunjukkan adat istiadat yang mengedepankan saling membantu sesama yang tentu dalam saling tolong menolong tidak perlu terlebih dahulu mengetahui latar belakang suku budaya bahkan agama, tolong menolong atas dasar nilai kemanusiaan sehingga segala sesuatu sesuai dengan kata pepatah “Berat sama dipukul, ringan sama dijinjing”.
Dengan perpaduan ajaran Ki Hajar Dewantara melalui praktik praktik baik
yang diselenggarakan di lingkungan sekolah Perguruan Tamansiswa dan 4 unsur
nilai Pi’il Pesinggiri sebagai pedoman hidup masyarakat Lampung juga mencakup
nilai nilai moderasi yang sangat sebangun dengan ajaran Tamansiswa sebagai badan
perjuangan kebudayaan. Tamansiswa selalu memperjuangkan kelestarian dan
pengembangan kebudyaan Nasional. Kebudayaan Nasional yang aslinya berupa sari-sari
dan puncak-puncak kebudayaan daerah itu harus dilestarikan dan dikembangkan secara
kontinyu, konvergen, dan konsentris melalui pendidikan dalam arti luas. sehingga
melestarikannya dan terus berpegang teguh pada falsafah hidup masyarakat Lampung
dan ajaran Ki Hajar Dewantara dengan prakti prakti baik dari nilai nilai
moderasi dengan terus saling asih saling asuh dan saling asah dan melestarika piil
pesinggiri akan menciptkan dan mewujudkan
nilai-nilai moderasi bagi kehidupan masyawakat terutama dilingkungan sekolah sehingga
terciptalah kehidupan yang saling menghargai dan menjunjung tinggi nilai
tolerasi antara sesama dalam bingkai moderasi.
Belum ada Komentar untuk "MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI TAMANSISWA DAN KEBUDAYAAN LAMPUNG"
Posting Komentar